Tepatnya hari Sabtu, 23 July 2011, tiba saatnya gue mengikuti training yang diselenggarakan oleh Olympus bagi pembeli kamera Pen, baik yang E-P1, E-PL1, dan E-PL2 dalam kurun waktu tertentu. Trainingnya dilaksanakan di hotel Harris, Kelapa Gading.
Menurut gue, pihak Olympus cukup bertanggung jawab dengan para konsumennya dengan menyelenggarakan training ini, jadi para konsumennya bisa memaksimalkan penggunanaan dan pasti hasilnya puas, gue nggak tau sih ketika membeli kamera lain. Dan ga tanggung - tanggung, yang ngajarinya si Maestronya langsung, Olympus emang T.O.P.
Dalam training, kita diajarkan beberapa teknik pengambilan gambar, foto untuk produk makanan atau barang, foto detail seperti cipratan air, foto dalam ruangan gelap dan terang, foto dengan menggunakan infra red, kita juga diajar untuk setting kamera, mengatur white balance, iso, dan sebagainya. Si Masternya, Darwis Triadi, memang gue akui sangat amat berbakat dalam arti talentanya sangat besar dibandingkan tekniknya, karena biarpun dia mengambil gambar secara asal, gambarnya tetap bagus dan artistik banget.
So ini point - point yang berhasil gue abadikan ketika training :
1. Proporsisi gambar
-- 6:6 = hasil gambarnya akan berbentuk square, menciptakan gambar dgn sentuhan
-- 3:2 = standart
-- 16:9 = akan memanjang
2. Kelas - kelas memori yang digunakan untuk penyimpanan
-- contoh tertulis di SD card 6 Mb/s berarti akan menyimpan 6 Mb perdetik (kecepatan menyimpan), untuk kamera sekelas Oly-Pen dibutuhkan minimsl kelas 15, jika dibawah itu akan membuat kamera lemot.
3. Mode kamera, jika diperhatikan di paling bawah dari layar ada angka - angka dengan komposisi seperti ini
2 5,6 0
angka 2 merupakan nilai Shutter speed (S), dibacanya 2 = 1/2, 10 = 1/10 detik, semakin kecil shutter speed maka delay dalam menangkap gambar semakin besar, dan bisa mengakibatkan blur.
angka 5,6 merupakan nilai bukaan diafragma (F)
angka 0 merupakan light meter, hasil dari penggabungan iso, shutter speed, dan diafragma. Light meter menunjukan apakah objek cukup cahaya untuk difoto, jika light meter dibawah 0 maka objek gelap dan hasilnya akan gelap, nilai minimal haruslah 0 atau diatas itu.
3. Bagaimana menentukan ISO yang tepat ?
Iso rendah = gambar makin halus
Iso tinggi = gambar makin banyak noise
4. Contoh - contoh penggunan
a. Resital piano : Diafragma dibuka selebar - lebarnya, iso sebesar mungkin, tapi memegang kameranya harus tidak boleh goyang, karena kemungkinan blur sangat tinggi.
b. Dalam mobil sedang berjalan : jika cukup cahaya maka shutter speed harus di tinggikan, diafragma menyusul
5. Dalam fotografi hanya ada 2 kondisi:
a. Kondisi terang : iso cukup 100 atau 200, diafragma standart 5,6
b. Kodnisi gelap :iso 500 - 1000, shutter speed jangan dibawah 20
6. Mengatasi backlight = cahaya yang datang dari belakang objek yang membuat objek gelap ketika di foto, caranya
a. Bisa buka flash, atau
b. Menggunakan mode A pada kamera, dan naikan light meter manual.
7. Ketika diafragma dibuka lebar > 5,6 maka ketajaman juga meningkat
8. Moto panning = memoto objek yang bergerak supaya tidak tampak kabur.
a. Di dalam mobil : S = 60
b. Motogp : S = 200
c. Becak : S = 20
9. Gunakan Fine JPEG untuk kualitas foto terbaik
10. Untuk foto cipratan air, maka shutter speed > 1500
Ini beberapa contoh foto - foto disana
Hasil melawan backlight, proporsisi gambar 16:9
Mengambil gambar dengan mode Grainy, proporsisi 16 : 9
Mengambil gambar dalam ruangan temaram
Dengan training ini gue bisa memaksimalkan penggunaan kamera gue, dan makin cinta deh sama kamera gue ... hehehe, thanx Olympus.